Syachroni patut berbangga diri para perayaan wisuda Universitas Airlangga Rabu (11/9). Pasalnya, ia berhasil meraih predikat sebagai wisudawan terbaik S2 AKK Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UNAIR periode wisuda September 2018.
Kecelakaan sewaktu pengambilan data penelitian tidak menghentikan niat Syachroni menyelesaikan tesis tepat waktu. Ia menyelesaikan tesis dengan judul ‘Upaya Peningkatan Keberhasilan Pengobatan Tuberkulosis Paru Berdasarkan Analisis Aatient Engagement”.
Tesis itu, berisi tentang kondisi keberhasilan pengobatan pasien tuberkulosis (TB) paru di Kota Surabaya. Mahasiswa alumnus S1 Biologi Universitas Padjadjaran, Bandung, ini berhasil mendapat Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna yakni 4,00.
“Setiap melaksanakan tugas sebisa mungkin saya kerjakan dengan sepenuh hati. Berusaha selalu update keilmuan dengan memperkaya pembahasan topik yang ditugaskan oleh dosen,” terang Syachroni.
Menjalani pendidikan jauh dari kedua orang tua menjadi perjuangan tersendiri bagi Syachroni. Baginya, kunci sukses seorang manusia didasarkan pada ibadah dan do’a yang dipanjat kepada Allah SWT.
Selain itu, diperlukan juga kerja keras dan kerja cerdas dalam menyelesaikan studi S2. Mengingat, masa program studi magister hanya dua tahun. Kepandaian mengatur skala prioritas sangat diperlukan agar sesuai dengan batas waktu masa studi.
“Perlu pengorbanan mencapai keberhasilan. Jer Basuki Mawa Beya menjadi semboyan yang saya anggap sesuai menggambarkan setiap lika-liku proses perkuliahan S2,” ungkap Syachroni.
Kesibukan Syachroni mengarahkan ia untuk fokus menyelesaikan studi tepat waktu. Di mana saat ini Syachroni bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di Kementerian Kesehatan, tepatnya di Badan Litbang Kesehatan di Jakarta. Sehingga tak heran bila ia mengambil program magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK) di FKM UNAIR.
“Rencana saya selepas ini adalah kembali aktif bekerja dan mengabdi untuk negeri dengan membuat penelitian-penelitian dan memberikan rekomendasi kebijakan di bidang manajemen pelayanan kesehatan,” tutur laki-laki 31 tahun itu.
Kegiatan lain semasa kuliah yang pernah Syachroni ikuti adalah terlibat dalam kepanitiaan seminar nasional kebijakan kesehatan yang diselenggarakan oleh program studi S2 AKK dan pelatihan unit cost yang bermanfaat untuk menetapkan tarif lembaga pelayanan kesehatan.
Selain itu, travelling, baik di dalam maupun luar negeri, juga menjadi pengisi kegiatan di sela-sela kesibukan kuliah Syachroni.
“Harapan saya di masa mendatang adalah mendapat kesempatan kembali ditugas belajarkan oleh Kemenkes RI untuk menempuh studi selanjutnya di luar negeri,” pungkasnya. (*)
Penulis: Tunjung Senja Widuri
Editor: Binti Q. Masruroh